Rabu, 10 Maret 2010

NAGA BONAR JADI 2

Ketika film Nagabonar muncul 1987, kehadirannya telah memicu sebuah kontroversi tersendiri. Mulai dari tema, penokohan, alur bercerita, dan visualisasi yang sangat apik dari sutradara MT. Risyaf dan penulis, Asrul Sani. Nagabonar sang rajacopet, menjadi pejuang kemerdekaan. Film itu sendiri laris dan menjadi box office, walaupun tampil dengan genre yang nyeleneh dan menjadi sajian yang tidak biasa. Film ini pula yang mengantar Deddy Mizwar menang penghargaan Piala Citra di tahun yang sama.
20 tahun kemudian, dengan sejumlah pergumulan batin dan kegundahan yang majemuk, Deddy Mizwar mengambil langkah kontroversial untuk menghadirkan Nagabonar dalam pigura kontemporer masyarakat Indonesia saat ini. Nagabonar Jadi 2 melebihi generation gap biasa, malah Deddy dengan apiknya menciptakan titik temu baru yang revolusioner, dan mengemasnya menjadi sebuah cerita segar, yang membuat kita menangis dan tertawa dalam satu rumpun emosi yang langka dan hanya mungkin diciptakan oleh seorang maestro seperti Deddy Mizwar.
Novel Nagabonar Jadi 2 yang ditulis oleh Akmal Nasery Basral, seorang wartawan Tempo yang dikenal memiliki mata kronologis yang penuh kejelian, merupakan sebuah perspektif lain. Bila film tampil sangat visual dan grafis, maka novel yang ditulis Akmal ini, membutuhkan indera khusus dengan imajinasi yang bebas dan lepas. Sama seperti film-nya, novel ini juga mengajak anda semua untuk melihat Indonesia dengan hati. Dan biarkanlah nurani anda yang tertawa atau menangis lepas.

download:
part 1
part 2

Share This

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

0 komentar:

Posting Komentar

RECENT COMMENT

FOLLOWER

RECENT POSTS

  © Blogger template The Business Templates by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP